PSYCHIC DETECTIVE YAKUMO: Connected Feelings #4
Diposting oleh :
Unknown | Dirilis :
23.20 | Series :
Novel Misteri
3
Benar-benar menyebalkan!
Gotou duduk
dengan kaki terjulur dan badan bersandar ke sandaran kursi penumpang depan,
menyalakan rokoknya, lalu mlempar pemantik ke dasbor mobil. Ishii yang duduk di
kursi pengemudi mengirimkan pandangan ketakutan kepada Gotou sambil membetulkan
letak kacamata berbingkai peraknya.
“Lihat apa,
hah?!” ancam Gotou.
Ishii
cepat-cepat mengalihkan pandangannya.
“Ah, tidak,
bukan apa-apa...”
Seperti biasa,
Ishii bersikap takut-takut.
“Bicara yang
jelas!”
“Ah, baik!
Eeh, Anda terlihat cukup emosi, jadi...”
Ucapan Ishii
membuat Gotou kembali murka.
Divisi
Penyelidikan Khusus Kasus Yang Belum Terpecahkan, tempat Gotou tergabung,
berada di bawah divisi kriminal; dan seperti namanya, pekerjaan mereka adalah
menyelidiki kasus yang belum terpecahkan. Akan tetapi, kali ini mereka
diperintahkan untuk menyelidiki orang mencurigakan yang sering muncul di
sekitar gedung yang akan dirobohkan.
Biasanya ini
pekerjaan polisi yang bertugas jaga di pos polisi atau divisi kepolisian
regional. Namun, karena ini intruksi langsung dari Kepala Divisi Kriminal
Miyagawa, tugas ini pasti sengaja diberikan kepada mereka.
Gotou berpikir
kalau mereka mungkin memang tak disukai atau mungkin ini ledekan karena mereka
dianggap senggang.
“Memangnya kau
tidak kesal?!”
“Pak Miyagawa
memerintahkan ini karena perhatian kepada Anda, lho.” Nada bicara Ishii santai
seperti biasa.
“Perhatian?”
“Ya, karena
belakangan ini Anda hanya mengurus dokumen dan tidak pernah turun ke lapangan.”
“Yang seperti
itu dinamakan perhatian?”
“Ah, tidak...
itu...”
Ishii menarik
kepalanya dengan ketakutan saat melihat Gotou mencodongkan badan ke arahnya.
“Itu apa?!
Cepat katakan!!” Gotou mencengkeram leher Ishii dengan kuat.
“Tidak, itu...
Pak Miyagawa bilang, belakangan ini Inspektur Gotou meng...gen...” Ishii menggerak-gerakan
mulutnya tak jelas. Justru bagian pentingnya tidak terdengar sama sekali oleh
Gotou.
Laki-laki yang tidak tegas.
“Bicara yang
jelas!” Gotou menghantamkan tinjunya ke ubun-ubun Ishii.
“Aaaakh!”
Ishii mengeluarkan suara seperti kucing yang ekornya terinjak.
Apa perlu sekalian kuangkat dengan menjepit
tengkuknya?
“Makanya,
begini... Pak Miyagawa pernah bilang, turunkan
Inspektur Gotou ke lapangan dan biarkan dia berolahragab sedikit...”
“Memangnya aku
ini anjing? Bicaranya seperti menyuruh orang mengajak anjing jalan-jalan saja.”
“Tidak,
tapi...”
“Apa?”
“Kata Pak
Miyagawa, sejak masuk rumah sakit baru-baru ini, Inspektur Gotou jadi... anu...
menggemuk...”
Menggemuk...
Mendengar kata itu, Gotou bereaksi dengan
memandangi perutnya. Ia tidak pernah mengukur berat badannya, tetapi
samar-samar bisa merasakannya. Ikat pinggangnya bertambah dua lubang, kemejanya
menjadi sulit dikancingkan, dan celananya terasa sesak.
Gotou mencoba
mencubit perutnya. Terasa kenyal seperti sedang memegang marshmallow. Rasanya enak juga.
“Menurutmu
bagaimana?” Gotou menatap Ishii dengan pandangan ingin tahu.
“Mengenal
apa?” tanya Ishii dengan wajah polos, padahal ia paham maksud pertanyaan Gotou.
“Makanya, itu
tadi... apa aku menggendut?” tanya Gotou sambil berdeham.
“Jujur?”
“Jujur.”
“Anda tidak
akan memukul saya?”
“Cukup
bertele-telenya!”
Sambil
mengarahkan pandangan curiga, Ishii membuka mulut dengan ragu-ragu. “Saya rasa
lemak di tubuh Anda memang menjadi lebih tebal daripada sebelumnya.”
Meski cara
bicaranya sopan, artinya tidak berubah.
Spontan, Gotou
mengangkat tinju dan mengarahkannya kepada Ishii. Seketika, Ishii mengeraskan
pundaknya dan menjerit aneh, “Hiii!”
“Tadi Anda
janji tidak akan memukul saya!”
“Aku belum
memukulmu!”
Gotou
menggaruk-garuk kepala dengan tangan yang tadi diangkatnya sambil memelototi
Ishii.
“Aku segitu
gendutnya?” tanya Gotou sekali lagi sembari memasukkan puntung rokoknya ke
asbak portable.
“Tidak. Saya
rasa itu bukan hal yang perlu dipusingkan. Beruang mengonsumsi banyak makanan
sebelum hibernasi di musim dingin. Karena dibutuhkan lemak yang banyak demi
melewati musim dingin...”
Aku sudah tak tahan lagi! Persetan dengan
janji!
Gotou
mendaratkan tinjunya di ubun-ubun Ishii.
“Apanya yang
beruang?! Hibernasi? Dasar bodoh!” teriak Gotou di dalam mobil sambil
mencengkeram kerah Ishii dan mengguncangkannya dengan keras.
“Inspektur
Gotou, tolong hentikan! Ini berbahaya!”
“Berisik!
Berani kau bicara lancang...”
Ishii
menginjak rem sebelum Gotou dapat menyelesaikan ucapannya. Gotou berusaha
mempertahankan posisinya, tetapi posenya yang tidak biasa itu membuatnya
terlempar ke depan sehingga kepalanya membentur dasbor.
“Jangan
menginjak rem tiba-tiba!”
Sebuah pukulan
mendarat di dada kerempeng Ishii.
“A, anu,
Inspektur Gotou. Kita sudah sampai,” ucap Ishii kesakitan, tangannya menekan
dada.
Gotou
mengalihkan pandangannya; seperti yang dikatakan Ishii, mereka telah tiba di
tujuan. Papan-papan seng dipasang di sekeliling lokasi yang bertuliskan jangka
waktu pengerjaan konstruksi serta data kontak yang dapat dihubungi.
Gotou
mendengus, kemudian turun dari mobil.
Dingin...
Hawa dingin
merasuk hingga ke dalam tubuhnya. Sambil menghembuskan napasnya yang berubah
menjadi putih, Gotou membuka pintu dari seng yang dibuat sebagai tempat
keluar-masuk, lalu berjalan masuk.
Gedung
berlantai lima itu terbuat dari beton baja. Termasuk halamannya, luasnya
mungkin sekitar tiga ratus tsubo
(3,31 meter persegi). Bagian dalamnya sudah selesai dirobohkan, tetapi tembok
luarnya belum tersentuh sama sekali. Di pojok halaman terdapat tumpukan tinggi
kayu-kayu bekas pembongkaran.
Gotou berjalan
di halaman yang dipenuhi rumput liar dan berhenti di depan pintu masuk gedung
yang daun pintunya sudah dibongkar. Ia melewati pintu depan gedung sambil
menghindari kawat yang tergantung menyerupai tumbuhan menjalar. Terdapat
retakan beton yang tidak terlapis dan lantainya dipenuhi debu. Papan
langit-langitnya pun sudah dilepas semua.
Trek.
Gotou menginjak
pecahan kaca, membuatnya langsung teringat akan kejadian di masa lalu.
Ia pernah
datang ke tempat ini sebelumnya.
Lima belas
tahun lalu, di malam berhujan deras.
Gotou yang
saat itu masih bertugas di pos polisi mendapat laporan bahwa seorang anak kecil
akan dibunuh. Waktu itu, gedung ini masih dalam tahap pembangunan. Firasat
buruk menghampirinya.
Memasuki
gedung dengan mengandalkan penerangan dari lampu senter, Gotou melihat punggung
perempuan yang sedang meringkuk di lantai. Perempuan itu mencondongkan badannya
ke depan, dan ternyata sedang mencekik leher seorang anak kecil.
Gotou berusaha
menahan perempuan yang mengamuk itu dan akhirnya berhasil menjauhkannya dari
anak kecil itu. Namun, begitu ia tersadar, perempuan itu sudah menghilang. Sesudahnya,
ia baru mengetahui kalau anak yang berusaha dibunuh perempuan itu adalah anak
perempuan itu sendiri.
Kata-kata yang
diteriakkan perempuan itu masih terngiang jelas di telinga Gotou.
“Anak ini pasti akan membunuh orang! Kalau
tidak dibunuh sekarang, dia akan menjadi pembunuh seperti orang itu!”
Bagaimana
perempuan itu bisa mengetahui kalau anak sekecil itu akan menjadi pembunuh di
kemudian hari? Sampai sekarang pun Gotou tidak mengetahui jawabannya. Yang ia
tahu, anak kecil itu kini telah tumbuh menjadi seorang pemuda sombong, yang
hidup dengan masih dibebani oleh kenangan hari itu.
“Ada apa?”
Gotou tersadar
berkat panggilan Ishii.
“Tidak ada
apa-apa. Ayo!”
Seolah ingin
memutuskan benang yang menghubungkannya dengan masa lalu, Gotou melangkahkan kakinya
memasuki gedung.
Sesampainya di
depan pilar yang terletak dibagian terdalam gedung, Gotou menemukan sesuatu dan
membungkuk untuk mengambilnya. Debu putih berterbangan.
“Itu...
selimut?” tanya Ishii yang mengintip dari belakang Gotou.
“Ya.”
“Apa ada orang
disini?”
“Sepertinya.”
Selain
selimut, ada banyak kaleng makanan kosong yang berserakan. Sepertinya para
pekerja kontruksi yang meninggalkannya atau bisa juga ada orang lain yang
pernah tinggal di sini.
Gotou
meletakkan kembali selimut itu di lantai dan bangkit berdiri.
Bruk.
Terdengar
bunyi sesuatu yang terguling. Dengan spontan, Gotou melayangkan pandangannya ke
pintu masuk gedung. Seorang laki-laki berdiri di sana. Mengenakan mantel
selutut berwarna hijau dan celana jeans,
serta memanggul tas yang tampak berat di pundaknya.
Apa dia orang yang tinggal di sini?
“Kami dari
Kepolisian Setacho, ada yang ingin kutanyakan.”
Gotou
mendekati laki-laki itu serta menunjukkan lencana polisinya. Wajah laki-laki itu
berangsur-angsur terlihat lebih jelas. Rahanya lebar, alisnya tegas. Pandangan
matanya tajam dan lurus.
Aku pernah melihat wajah ini. Di mana aku
melihatnya...?
“Ah! Aaah!!”
Ishii berteriak di telinga Gotou, memotong pemikirannya.
“Berisik!!”
Gotou memukul bagian belakang kepala Ishii.
“Ta, tapi...”
Walaupun mendapat perlakuan seperti itu, Ishii tidak mengkeret.
“Tapi apa?”
“Orang itu
Shunsunke Takeda, kan?” ujar Ishii dengan cepat.
“Shunsunke
Takeda? Pemain bola?”
“Bukan... Itu
sih campuran nama para pemain bola.”
“Kalau begitu,
siapa?”
“Shunsunke
Takeda, tersangka kasus pembunuhan yang terjadi di rumah besar di atas bukit
lima belas tahun lalu!”
Mungkin karena
sudah merasa sangat kesal, Ishii mengatakannya dengan dengan suara keras sambil
menghentakkan kakinya ke lantai. Mendengar ucapan Ishii, laki-laki itu menarik
tubuhnya ke belakang.
Ingatan
mengenai kasus tersebut kembali ke benak Gotou. Kasus pembunuhan itu terjadi
saat Gotou sedang bertugas jaga di pos polisi, jadi ia tidak terlibat langsung.
Namun, ia sudah melihat wajah itu berkali-kali di poster buronan.
Laki-laki ini
memang mirip dengan buronan itu.
“Oi, apa kau
Shunsunke Takeda?”
Bersamaan
dengan pertanyaan yang dilontarkan Gotou, laki-laki itu memutar badannya dan
berlari dengan kecepatan tinggi.
“Tunggu!”
Gotou segera mengejarnya.
Sial! Kenapa aku tidak sadar lebih cepat,
sih?! Memalukan sekali sampai harus diingatkan oleh Ishii!
Gotou keluar
dari lokasi kontruksi; dan begitu berbelok di tikungan pertama, bagian samping
tubuhnya terasa sakit. Napasnya sesak, badannya terasa berat. Ketika sedang
berusaha mati-matian mengangkat kakinya yang menolak untuk bergerak, Ishii
melintas di sampingnya.
Sial! Kenapa Ishii harus melewatiku! Aku
masih bisa lari!
Gotou berusaha
untuk mempercepat langkahnya, tetapi kakinya terasa berat seperti sedang
berlari di dalam air. Tak lama kemudian, ia jatuh terduduk.
Padahal baru lari sekitar dua ratus meter,
tapi apa-apaan ini? Apa yang terjadi pada tubuhku?!
Gotou memaksa
untuk bangkit berdiri dan mulai berlari lagi meski terhuyung-huyung. Begitu
melewati persimpangan kedua, ia mendapati Ishii sedang melihat ke sana kemari
di depan jalan buntu.
“Ishii... di
mana dia?”
Haa.. ha.. ha.. Gotou meletakkan kedua
tangannya di lutut dan bertanya dengan napas tersengal-sengal seperti seekor
anjing.
“Anu... saya
yakin dia masuk ke jalan ini, tapi...” jawab Ishii dengan gelisah.
“Kau
kehilangan dia?”
“Kehilangan?
Lebih tepatnya... dia menghilang.”
“Menghilang?!”
“Ya.”
Kemurkaan
Gotou mencapai puncaknya. Dengan emosi, ia mencengkeram kerah Ishii.
“Dasar! Mana
mungkin manusia menghilang?! Jangan berasalan, atau kau mau kuhajar?!”
“Ma, maaf!”
seru Ishii dengan wajah kaku.
Gotou ingin
sekali memukul Ishii, tetapi staminanya sudah habis. Kekuatan di lututnya
hilang. Ia terduduk di atas aspal dengan kepala tertunduk. Keringat mengalir
deras dari dahinya seperti seseorang baru saja menyiram air ke tubuhnya.
Padahal aku yang dulu pasti bisa
menangkapnya!
“Siaaal!”
raung Gotou dengan menengadah ke matahari.
-oOo-
PENGENALAN TOKOH
Kazutoshi Gotou
Inspektur
polisi yang tergabung dalam Divisi Penyelidikan Khusus Kasus Yang Belum
Terpecahkan. Selalu mengandalkan Yakumo.
Yutarou Ishii
Anak buah
Gotou yang sering terjatuh.
Shunsunke Takeda
Tokoh ini masih dalam rahasia, tunggu di part tertentu dulu ya (Karna klo enggak gini enggak seru ;v)
Saat ini ia dituduh sebagai tersangka.
URL POST :